Selasa, 16 Juni 2015

Resensi novel surga yang tak kurindukan



Ini tentang Arini. seorang wanita yang cantik, baik hati, penulis yang sukses dan seorang wanita yang menyukai dongeng. dia selalu menempatkan hidupnya bak dongeng. mengibaratkan dirinya sebagai seorang puteri yang menikahi seorang pangeran tampan nan baik hati.

Andika Prasetya adalah seorang pria yang tampan, baik hati, pria yang mapan dan seorang dosen IPB.

Mei rose, adalah wanita keturunan yang hidupnya penuh dengan penderitaan. hidup bersama tante yang tak pernah mencintainya membuat karakternya menjadi keras dan dingin. sampai pada saat dia meraih kemapanan. namun kemudian takdir hidup mengubahnya. seorang pria menipunya.. dan memaksanya menjadi orang tua tunggal.

Andika dan mei rose dipertemukan dalam kondisi yang tak terduga. mereka bertemu dalam sebuah kondisi dimana mei rose menjadi korban kecelakaan setelah dia berusaha bunuh diri di hari gagalnya pernikahannya dg seorang pria yang menipunya. prasetya menolong mei rose atas dasar kemanusiaan. saat itu pras murni hanya bermaksud menolong wanita yang tergeletak lengkap dengan baju pengantin dalam keadaan hamil. dia tak pernah menduga jika takdir hidup menuntunnya masuk ke dalam hidup wanita yang malang itu.

Arini tak akan masuk ke putaran curiga seandainya saja pihak keuangan IPB tidak meneleponnya dan menanyakan kabarnya. bagian keuangan kantor suaminya menanyakan perihal rembusment uang chek up. arini yang merasa tak ada yang sakit mencoba memastikan ke rumah sakit dan dia mendapatkan sebuah nomor yang ternyata bukan nomor rumahnya.

"Hallo selamat pagi.. kediaman nyonya prasetya disini..." suara wanita penuh ceria terdengar disana. nyonya prasetya..., arini tertegun adakah nyonya prasetya selain dirinya? apakah benar suaminya memiliki istana kedua? pria shalihnya, pria yang selama ini diyakininya sebagai pangeran berkuda putih yg tuhan ciptakan hanya untuknya.. dan sekarang ada wanita lain? bagaimana mungkin?

Novel ini lebih banyak menceritaka apa yang dirasakan arini. rasa terluka. justru di saat tak ada kekurangan yang dimilikinya yg bisa dijadikan alasan untuk suaminya berpaling. arini yang mersa hidupnya berbalik dengan dongeng yang dia ciptakan sendiri.

Tentang perasaan mei rose yang seumur hidupnya tak pernah bahagia. tak pernah dicintai orangtuanya bahkan sang tante yang hanya memanfaatkan dirinya sebagai pembantu. mei rose hanya tau satu hal.. bahwa dia berjuang untuk hidup. dia tak pernah menemukan kebahagiaan selain prasetya. dia rela menjadi yang kedua bagi pras. dia tak meminta banyak waktu dari pras. dia hanya ingin menikmati kebahagiaan yang berhak dia rasakan setelah separuh dari hidupnya adalah penderitaan.

sayang sekali, asma nadia tak terlalu berani mengorek perasaan prasetya. asma nadia masih mencoba menggambarkan prasetya sebagai sosok shalih yang memutuskan menikah lagi dengan alasan yang tak pernah dikemukakan secara jelas. prasetya hanya di gambarkan menikahi mei rose atas dasar kemanusiaan dan takdir yang harus dia jalani. asma nadia tak menggambarkan dengan jelas, cintakah yang membuat pras menikah lagi. bagi saya, hanya satu alasan seorang suami memutuskan menikah lagi... yaitu CINTA.

Jatuh cinta lagi. itu yg harusnya bisa asma nadia gambarkan pada sosok prasetya. sy sedikit greget membaca bagaimana prasetya diceritakan di novel ini.

Ceritanya menggantung. asma nadia seperti tak mau terlalu menggiring opini dirinya atau masyarakat tentang poligami. cerita ini dibiarkan menggantung dan membiarkan pembaca menentukan akhirnya sendiri. kurang klimaks sih sebenarnya, tapi inilah asma nadia.  beliau membiarkan masyarakat memiliki opini sendiri ttg poligami.

Tapi bagaimanapun novel ini layak untuk di baca. entah filmnya akan seperti apa. tapi membaca novelnya membuat saya menangis ketika menempatkan diri sebagai arini ataupun sebagai mei rose.

pelajaran yg bisa diambil adalah : sebaiknya kita berhati2 dalam bertindak. karena setiap perbuatan akan berdampak tak hanya kepada kita pribadi tapi juga kepada orang2 di sekeliling kita. terlebih keluarga.

Selamat membaca novelnya...


Jumat, 05 Juni 2015

Rindu untuk nya

Angin menghempas anakan rambut di keningku 
Menyapu keringat yang membasahi
Mataku terpejam menikmati sejuknya sapuan sang angin. 
Dalam pejaman mata, kamu hadir menggoda
Tersenyum merayu. 

Hadirmu seperti kumpulan ilalang di padang tandus.
Seperti oase di gurun pasir. 
Bagai pelipur lara. 
Kamu seperti sebuah pengalihan dari suatu obsesi yang belum bisa ku dapatkan. 
Tawamu membuatku melupakan sejenak obsesi itu. 

Kamu ibarat serbuk peri yang bertaburan didepan mataku 
Dan menyilaukan batas pandangku. 
Aku tergoda, terhipnotis. tapi aku bahagia

Dan kini semua berubah
Begitu cepat hadirmu usai. 
Atau kau mulai bosan, jemu?

Seketika hariku menjadi sepi.
Senyumpun terasa sedikit pahit. 
Ada yang terasa perih disini... di hati ini.

kamu kemana? kamu dimana?
mengapa sekarang lebih sering menghilang?
lebih sedikit menyapa?
Mengapa?