Dulu, aku sering memperhatikannya diam2. menikmati teduh wajahnya. mencoba menyelami alam pikirannya. menikmati sendu matanya. lalu ketika tiba2 dia menatapku, aku akan gelagapan menghindari tatapannya. aku akan segera beranjak pergi dari hadapannya. bukan pergi karena tak suka.. tapi sungguh aku gugup. aku takut dia bisa mendengar degupan jantung ku yg berdetak 3 kali lebih cepat saat meneriima tatapan mata indahnya.
Aku cemburu saat melihat dia bisa tertawa dan mengobrol akrab dengan teman wanita yg lain. bukannya bergabung dan ikut mengobrol, aku malah akan memilih pergi..dan diam2 terpekur sendirian. sungguh aku tak ingin berbagi. aku hanya ingin menikmati tawamu sendiri.
setiap hari selalu begitu. rasa suka justru menjauhkan aku darinya. aku malu, takut, bingung dan gugup. aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. sahabatku bilang aku jatuh cinta. cinta pertama. berulang kali dia membujukku unt jujur saja daripada menderita. tp aku lebih memilih diam dan menderita daripada mengaku dan malu. selama 3 thn aku menyukainya. namanya memenuhi setiap lembar buku harianku. di buku itu semuanya tertulis detail. setiap bahagia yg aku rasakan sendiri bahkan setiap tangis yang terjadi karena memikirkan dia. tapi pada kenyataannya aku menyayanginya hampir sepanjang hidupku. bahkan setelah bertahun2 berpisah.. rindu abadi itu tetap tersimpan di ujung dasar hati.
sebuah kartu akhirnya aku kirim untuknya. paling tidak kartu itu bisa membuat aku hidup dengan tenang. karena akhirnya lewat kartu itu aku bisa jujur kalau aku mencintainya, dan aku ada setiap hari di sekolah yg sama dengannya. hanya saja dia tak perlu tau siapa aku. puaskah aku?? tidak. aku masih berharap ada keajaiban yg membuat dia memiliki rasa yang sama denganku. tapi ternyata dia tak pernah memiliki rasa yang sama. bahkan dia menjauh semakin jauh.
Saat hari kelulusan kelas 3 di gedung serba guna. aku hanya memikirkan dia. aku ingin di hari terakhir aku melihatnya, aku bisa menjabat tangannya dan menyemangatinya untuk meraih cita2. aku ingin sekali menatapnya sekali lagi. tapi lagi2 kaki ku tak bisa bergerak mendekatinya. aku hanya bisa melihatnya dari jauh. dia sibuk sekali mengobrol dengan yang lain. hingga dia lupa kalau ada aku yg juga menunggu jabatan tangannya atau sekedar sapaan perpisahan darinya. hingga ibuku menarik tangaku mengajakku segera pulang. akhirnya aku melangkah keluar gedung..meninggalkan semua harapan tentangmu disana. sesampainya di rumah aku menangis tersedu. aku menyesali setiap detik yg telah terlewati. aku menyesal tak pernah bisa akrab dengannya. aku menangisi perpisahan dengannya. perpisahan hari itu... bagiku adalah upacara menyambut hari2 yang penuh dg kerinduan.
Aku selalu berharap dan berdoa Tuhan memberikan satu kali kesempatan lagi untuk bertemu dengannya. aku main ke daerah tempat tinggalnya tempat dimana sahabatku juga tinggal. aku berharap ada salam terselip melalui sahabatku. tapi semuanya terasa datar. tak ada salam yg ku teima darinya, tak ada pesan apapun darinya. aku menangis lagi, rupanya dia memang tak pernah memiliki rasa apapun padaku. sejak itu aku buang jauh2 ingatan tentangnya. aku fokus pada hidupku. meski tak sepenuhnya melupakannya. waktu yang teramat panjang membuatku menyerah.... ku tinggalkan semua tentangnya dlm lubuk jiwa terdalam.
sampai kemudian tiba2 dia datang kembali setelah belasan. tak berjumpa. rasa sayang yg kusimpan jauh di lubuk hati ternyata hanya mati suri. tiba2 semua rasa itu kembali. dengan sangat jelas aku masih bisa merasakan setiap moment yg pernah kurasakan padanya bertahun2 yg silam. semua seolah nampak nyata dan baru terjadi beberapa jam yang lalu. lalu.... salahkah aku jika aku menikmati perhatiannya? salahkah aku memberikan perhatian padanya? melakukan hal yg tak bisa kulakukan dulu untuknya? apa yang harus kulakukan sekarang? benarkah cinta datang terlambat? ataukah ini hanya untuk sementara?